Monday, June 17, 2013

Hipertrofi Konka

Salah satu penyebab sumbatan hidung ini adalah hipertrofi konka.
Konka merupakan salah satu komponen yang terdapat di kavum nasi. Konka terdiri dari struktur tulang yang dibatasi oleh mukosa. Mukosanya memiliki epitel kolumnar pseudostratifed bersilia dengan sel goblet dan banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar lendir. Konka melindungi hidung dengan mengatur temperatur dan kelembaban udara inspirasi dan menyaring benda-benda asing yang terhirup bersama udara inspirasi. Hipertrofi konka menimbulkan keluhan hidung tersumbat. 

Rongga Hidung


Penyebab hipertrofi konka adalah rinitis alergi, rinitis non alergi dan septum deviasi. 



Perbedaan antara Polip dan Konka  Polipoid

  • POLIP
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
  1. Alergi terutama rinitis alergi.
  2. Sinusitis kronik. 
  3. Iritasi.
  4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka. 
Polip :
- Bertangkai
- Mudah digerakkan
- Konsistensi lunak
- Tidak nyeri bila ditekan
- Tidak mudah berdarah
- Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.
  • Konka Polipoid
 - Tidak bertangkai

- Sukar digerakkan
- Nyeri bila ditekan dengan pinset
- Mudah berdarah
- Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati – hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya.



Penatalaksanaan 
meliputi medikamentosa dan pembedahan. Pembedahan dilakukan bila medikamentosa tidak berhasil. Banyak teknik pembedahan yang dapat digunakan. Tidak ada teknik yang sempurna, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pembedahan yang dapat dilakukan adalah lateroposisi, turbinektomi total dan parsial, turbinektomi submukosa, reseksi submukosa dengan lateral outfracture, turbinoplasti inferior, laser, elektrokoagulasi, radiofrekwensi, koagulasi argon plasma, krioterapi dan neurotektomi vidian. 

Ø  Medikamentosa :
-          Antihistamin
Antihistamin efektif mengurangi gejala gatal, bersin dan rinore dan digunakan sebagai terapi first-line pada rhinitis alergi. 
-generasi-1 (sedatif) : bersifat lipofilik, menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Contohnya difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin, yang secara topical contohnya azelastin.
-generasi-2 (non sedatif) : bersifat lipofobik, sulit menembus sawar darah otak, bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek anti kolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal. Dibagi 2 golongan, pertama adalah astemisol dan terfenedin mempunyai efek kardiotoksik, kelompok kedua adalah loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin dan levosetirisin.4
-          Simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa
Dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi dengan antihistamin atau topical. Dekongestan oral kontraindikasi pada pasien yang mengkonsumsi MAOI atau dengan hipertensi tidak terkontrol atau penyakit arteri koroner yang berat. Pemakaian secara topical hanya boleh beberapa hari saja (4-5 hari) untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa.
-          Kortikosteroid
Dipilih bila gejala gejala terutama sumbatan hidung tidak berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topical (beklometason, budenosid, triamsinolon, flutikason) yang bekerja untuk mengurangi jumlah sel matosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dan eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya plasma sehingga menyebabkan epitel hidung tidak hiperesponsif terhadap rangsangan allergen.
-          Antikolinergik topical
Yaitu ipratropium bromide, bermanfaat untuk mengatasi rinore karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor. Antikolinergik menurunkan produksi mucus dan mengurangi rinore. 
-          Pengobatan lain à anti leukotrien, anti IgE, DNA rekombinan
Leukotrien inhibitor merupakan medikasi kelas terbaru yang digunakan untuk rhinitis alergi. Beberapa studi besar menunjukkan penurunan gejala seperti gatal, sneezing, rinore dan kongesti. Keefektifan terlihat ketika dikombinasikan dengan antihistamin oral tetapi studi menunjukkan kortikosteroid inhalasi memiliki perbaikan lebih baik untuk gejala obstruksi nasal dibandingkan dengan leukotrien inhibitor.leukotrien inhibitor merupakan first line therapy untuk pasien dengan asma persisten. 

Ø  Operatif
Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.